ALLAH does not say the road is going to be easy, but ALLAH does say that ALLAH is going to be with us, forever.
Tuesday, 18 December 2012
Saturday, 12 May 2012
“What am I going to do?
“What am I going to do? Why is my life so messed up? Why can’t I find happiness? Why am I alone? Why do I feel stuck? Why do I have these problems?’…
These questions only have meaning if we direct them to Allah. No one else can answer them. Consider the words of the Prophet Ya’qub (alayhis-salam, peace be upon him) when his son Yusuf (as) was secretly thrown into a well by his brothers. They then reported to their father that Yusuf had been killed by a wolf.
And he turned away from them and said, “Oh, my sorrow over Yusuf,” and his eyes became white from grief, and he fell into silent melancholy.
They said, “By Allah , you will not cease remembering Yusuf until you become fatally ill or become of those who perish.”
He said, “I only complain of my suffering and my grief to Allah , and I know from Allah that which you do not know.
- Quran, Surat Yusuf, 12:84-86
“I only complain of my suffering and my grief to Allah…”
When you feel stuck, when you feel that no one understands your situation, when you’re in pain and you can’t even imagine a solution, only Allah has the answers. You can’t see a way forward, but He can. You don’t see your own worth, but He does. You can’t figure out the road to happiness, but He can show you.
I remember a night in Arizona when I was twenty six years old. I lay on a cot in a small, frigid cell. There was snow outside and I had only a thin blanket. As I often did, I put on all my clothing in layers – three pants, three shirts, an army jacket and a pair of boots – and still I kept waking up shivering and shaking. Yet, even more than the physical discomfort, my spirit was tired. I had made mistakes in my youth and had been locked up for almost five years. I had become hard mentally and physically, but my heart was full of sorrow. I lay there that night and I thought, “I have nothing in life. I have accomplished nothing. I have no university degree, no wife, no children, and not even my freedom.”
That was a bad time. But I had my faith, and I used to weep to Allah, asking Him to have mercy on me. I think I gave up on myself for a while, but I never gave up on Allah. It would not even have occurred to me to do so. I did cry to Him sometimes saying, “Why, Allah? Why? Why am I here, suffering like this?” But it wasn’t despair, only confusion. In my heart I knew that He heard me and that an answer would come.
Shortly after that I received a letter from the parole board granting me early release. I had previously been told very clearly that I was not eligible. It was entirely unexpected, and if you are familiar with the American penal system, miraculous. But for Allah, nothing is impossible or even difficult.
Within a few months I was free. I found a job a week after my release, and I excelled. I began writing, sitting at my desk every night after work and disciplining myself to work on poetry, stories and articles. Eventually I went back to school and began a new career, got married, bought a beautiful house, and one day had a child…
What can I say except Alhamdulillah! SubhanAllah! What can I do except weep in gratitude for these blessings that I did nothing to earn, but were given to me by my Lord who loves me and cares about me, and wants good for me. I am so deeply touched and moved by the way Allah has answered my prayers from the depths of darkness. If I did anything to merit His blessings, perhaps it was only that I directed my pleas to Him. I knew that no one else could help me.
This is a very emotional post for me to write. I want every Muslim to have this sense of Allah as their friend, as someone who cares for them deeply. I want to put that awareness into your heart like a gift.
When I was in that cell I used to pray the same dua’ over and over, begging Allah repeatedly. If I had made such pleas to a human being they would have stopped hearing me long ago. When we’re needy with people it pushes them away, but when we’re needy with Allah He comes closer to us! He never tires of answering our need and forgiving us.
I know of many similar stories of people who have hit rock bottom and have called upon Allah – or , not even knowing “Allah” by that name, have called to the Supreme Being, saying, “I know you hear me, tell me what I need to do, show me the way!” – and then, like a circle of sunlight piercing a cloud, something or someone comes into their lives to show them the way forward.
When we’re out of ideas, surrounded by problems, and feeling totally alone… we’re not alone. Allah is with us. If we pray sincerely and strive, He will put light in our hearts and help us from directions we did not expect.
Ask Allah sincerely, open yourself to Him, and accept what He gives you even when it goes against your own desires. The answers to your questions are there, with Allah, I promise you. All those terrible questions that you ask yourself in the silence of your mind, the answers are with Allah.
Monday, 7 May 2012
uhibbuki fillah?
"Kau tahu apa itu makna uhibbuki fillah?" tanya seorang sahabat kepada saya.
"Mencintaimu kerana Allah," Ringkas jawapan saya.
Kelihatan tidak senang duduk sahabat dengan jawapan saya. Riak muka tidak puas hati lagaknya.
"Memanglah, itu direct translate. Tak semua orang faham erti itu sebenarnya. Cuma mengungkap tetapi tidak sampai jauh ke dasar hati, kerana itu setiap perkara yang dilakukan pasti ada kurangnya, hingga kadang-kadang boleh menjadi cemburu dalam berukhwah. Manusia sebegini masih keliru sebenarnya," luah sahabat dengan air muka penuh kekesalan.
Terhenti seketika kerja yang saya sedang lakukan. Berfikir tentang kata-kata sahabat sebentar tadi.
"Cemburu dalam berukhwah? Saya setuju, bahkan ada yang masih tidak mampu mentafsir ertiuhibuki fillah itu sendiri. Keliru itu benar. Realitinya kerana fitrah berkasih yang terlampau. Rasa menyayangi yang terlampau hingga ada istilah 'dia milik aku' sahaja. Astaghfirullahal azzim, mohon dijauhkan perasaan sebegini," memandang sahabat dengan penuh pengertian.
Benar, ini kisah realiti. Sebenarnya ramai yang masih keliru dengan perasaan sendiri. Fitrah manusia memang mahu menyayangi dan disayangi, tetapi berpadalah dalam berkasih dan sayang hingga timbul perasaan ingin memiliki. Mengikut ilmu psikologi, inilah yang dinamakaninnate motive.
Maknanya jangan berkasih sayang lah?
Tidak.. bukan itu yang saya maksudkan. Berkasih sayang itu perlu, tetapi berpada dan kawallah diri. Berukhwah kerana Allah semata-mata. Jadi takkan timbul isu 'dia milik aku'.
Tidak Cemburu
Orang-orang yang beriman tidak akan rasa cemburu apabila sahabat menjalin ukhwah dengan sahabat lain. Isilah hati dan nurani dengan jalan Allah kerana ukhwah ini terjadi atas kehendak Allah. Jika ada timbul rasa cemburu, muhasabah kembali kerana sungguh itu adalah bisikan syaitan yang cuba menghasut dan menggugat ukhwah yang dibina.
Siapa kita untuk memiliki? Tiada apa-apa di dunia ini adalah milik kita. Sahabat? Bukan milik kita. Justeru kenapa mahu cemburu apabila orang lain mendampingi?
Firman Allah s.w.t : "Sesungguhnya mukmin itu bersaudara." (al-Hujuraat: 10)
Dari firman ini telah jelas bahawa semua muslim itu adalah bersaudara. Tiada yang tertinggal. Kita memerlukan antara satu sama lain. Seharusnya kita perlu belajar menyayangi setiap sahabat yang berada di sekeliling kita.
Dalam Islam sudah diajar tentang ithar (melebihkan orang lain) yakni tahap ukhwah yang paling tinggi manakala berlapang dada adalah tahap ukhwah yang paling rendah.
Tapi dalam apa jua keadaan, kita harus sedar tentang makna basitah (kesederhanaan). Bila sudah sayang terlebih, segala benda jadi lain. Justeru itulah kita perlu bersederhana. Kalau mahu sayangi semua, bukan memilih-milih pula.
Nasihat ini jelas untuk saya dan semua yang mempunyai sahabat. Mungkin ini sudah terjadi atau bakal terjadi. Makanya saya mahu mengingatkan dahulu sebelum terkena pada diri sendiri atau yang lain juga.
Uhibbuki fillah, best friend, teman sejati atau apa-apa sahaja akan menjadi retorik semata-mata jika setiap perhubungan itu tidak di dasari dengan iman dan takwa. Usah tertipu dengan mainan perasaan sendiri. Perbetulkan niat kembali jika masih ada cemburu di hati.
Layanan Istimewa Untuk Semua Sahabat
Sayugia saya mahu mengingatkan kalian tentang kisah Rasulullah SAW dalam bersahabat.
Adakah para sahabat yang lain merasa cemburu dengan Abu Bakr apabila Rasulullah SAW mengatakan Abu Bakr adalah teman baiknya. Saidina Umar, Uthman, Ali dan sebagainya tidak cemburu melihat persahabatan itu kerana Rasulullah SAW melayan para sahabat yang lain juga dengan istimewa. Inilah yang perlu kita contohi bersama.
Jika kita mampu untuk memberi hadiah, belanja kawan, sentiasa saling mengingat, membantu dia, bertanya khabar kepada kawan yang seorang; beri layanan istimewa dan memasak untuk kawan seorang, kenapa tidak kepada kawan yang lain kita lakukan sebegitu rupa? Adakah Islam mengajar kita untuk membanding beza darjat?
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah s.a.w bersabda:
"Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling memutuskan hubungan dan janganlah sebagian kamu menyerobot transaksi sebagian yang lain, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu saudara muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya, membiarkannnya (tidak memberikan pertolongan kepadanya), mendustainya dan tidak boleh menghinakannya.
Taqwa itu berada di sini (beliau menunjukkan dadanya tiga kali). Cukuplah seorang (muslim) dianggap (melakukan) kejahatan karena melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas muslim lain haram darahnya, hartanya dan kehormatannya." (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Jadi, mari kita tajdidkan (memperbetulkan) niat kita dan banyakkan muhasabah. Mungkin selama ini kita berukhwah bukan kerana Allah tetapi atas dasar lain.. peribadi ke, minat yang sama ke, perasaan ingin memiliki ke..
Mari koreksi diri.. mari istighfar berulang-ulang kali..
"Ada tak orang rasa cemburu dengan kita. Mereka rasa takut untuk rapat sebab kita berkawan baik?" tanya sahabat lagi.
"Wallahua'lam, jika ada yang berfikiran sebegitu, mesti ada silap dia dan silap kita juga. Dalam ukhwah ini kita membina ithar tetapi kita perlukan juga basitah," tuntas saya.
Moga ini dapat menjadi renungan untuk para sahabat di luar sana. Sungguh mungkin ini juga bakal terjadi pada saya dan anda, kita tidak tahu. Jadi persiapkan diri dan bermuhasabah kembali.
Marilah kita menjalin ukhwah kerana Allah..
Untuk sahabat-sahabat saya di luar sana.. uhibbuki fillah.. harap ukhwah ini hingga ke jannah hendaknya.
Ya Allah,peliharalah ukhwah kami ini. Moga tiada hasad yang menyelirat jauh di hati yang tersirat..
Di jalan Allah,
Persahabatan ini bukan milikku dan bukan jua milikmu,
Persahabatan ini adalah perancangan daripada Allah yang mengetahui segala rahsia,
Kerana DIA lah aku mengenalimu dan kerana DIA jua telah menetapkan ukhwah itu,
Pasti terukir 1001 kenangan dan kasih sayang,
Semuanya kerana Allah,
Sungguh,
Bukan kerana selain daripada-Nya.
Persahabatan ini bukan milikku dan bukan jua milikmu,
Persahabatan ini adalah perancangan daripada Allah yang mengetahui segala rahsia,
Kerana DIA lah aku mengenalimu dan kerana DIA jua telah menetapkan ukhwah itu,
Pasti terukir 1001 kenangan dan kasih sayang,
Semuanya kerana Allah,
Sungguh,
Bukan kerana selain daripada-Nya.
Friday, 6 April 2012
..aNaknyewakusop..: bahasa jiwa
..aNaknyewakusop..: bahasa jiwa: gambar Tidak semua manusia mengerti segala perasaan yang ada di hati kita Tidak pula dapat selalu memahami gejolak jiwa yan...
Monday, 20 February 2012
Friday, 20 January 2012
Resepi
Okay akak-akak, mak-mak, makcik-makcik dan puan-puan ...
Seperti yang dijanjikan. Hari ni saya akan kongsi satu resepi. Sila sediakan pen, pensel atau apa-apa ajelah janji boleh salin resepi. hehe. Sebelum tu resepi ni bukan lah saya yang cipta. Saya amik resepi ni dari DAPUR KAKZU . Tanpa membuang masa mari kita mulakan !
Bahan-bahan:
3 biji telur
275 gm tepung gandum
220 gm gula halus
150 gm susu segar
3 sudu teh baking powder
1 sudu kecil ovellete
paste(ikut perasa yang disukai)
pewarna(warna yang disukai)
inti(kaya,bluberry,strawberry atau ikut cita rasa masing-masing)
Cara-cara:
1. Mula-mula pukul telur dan gula.
2. Selepas itu masukkan ovellete dan pukul sehingga betul-betul kembang.( Jika adunan tu nampak berkilat dan berkrim itu maknanya adunan dah betul-betul kembang)
3. Bila adunan dah kembang, masukkan tepung dan susu secara berselang seli sehingga habis.
4.Gunakan acuan kuih lompang dan letakkan papercup ke dalamnya.(Saiz papercup lebih kurang saiz acuan kuih lompang.
5.Adunan yang telah siap tadi boleh dimasukkan ke dalam papercup tersebut.
6.Sewaktu memasukkan adunan ke dalam papercup,panaskan periuk kukus selama 10 minit terlebih dahulu.
7.Selepas itu,masukkan acuan-acuan tadi ke dalam periuk kukus dan kukus selama 15 minit.
8. Selepas itu, boleh la dihidangkan. (apom polkadot ni sesuai untuk dimakan bila-bila masa saja)
Selamat mencuba ya semua! ^_^ (Mulakan dengan bismillah sebelum memulakan apa jua masakan)
*kak zu terima kasih sebab tak kedekut ilmu dan share dengan pengguna-pengguna fb
Seperti yang dijanjikan. Hari ni saya akan kongsi satu resepi. Sila sediakan pen, pensel atau apa-apa ajelah janji boleh salin resepi. hehe. Sebelum tu resepi ni bukan lah saya yang cipta. Saya amik resepi ni dari DAPUR KAKZU . Tanpa membuang masa mari kita mulakan !
Bahan-bahan:
3 biji telur
275 gm tepung gandum
220 gm gula halus
150 gm susu segar
3 sudu teh baking powder
1 sudu kecil ovellete
paste(ikut perasa yang disukai)
pewarna(warna yang disukai)
inti(kaya,bluberry,strawberry atau ikut cita rasa masing-masing)
Cara-cara:
1. Mula-mula pukul telur dan gula.
2. Selepas itu masukkan ovellete dan pukul sehingga betul-betul kembang.( Jika adunan tu nampak berkilat dan berkrim itu maknanya adunan dah betul-betul kembang)
3. Bila adunan dah kembang, masukkan tepung dan susu secara berselang seli sehingga habis.
4.Gunakan acuan kuih lompang dan letakkan papercup ke dalamnya.(Saiz papercup lebih kurang saiz acuan kuih lompang.
5.Adunan yang telah siap tadi boleh dimasukkan ke dalam papercup tersebut.
6.Sewaktu memasukkan adunan ke dalam papercup,panaskan periuk kukus selama 10 minit terlebih dahulu.
7.Selepas itu,masukkan acuan-acuan tadi ke dalam periuk kukus dan kukus selama 15 minit.
8. Selepas itu, boleh la dihidangkan. (apom polkadot ni sesuai untuk dimakan bila-bila masa saja)
Selamat mencuba ya semua! ^_^ (Mulakan dengan bismillah sebelum memulakan apa jua masakan)
*kak zu terima kasih sebab tak kedekut ilmu dan share dengan pengguna-pengguna fb
Saturday, 14 January 2012
Polkadot
Thursday, 12 January 2012
Tenang
![]() |
| thanks emah :D |
Next! Pertemuan antara kak nad dengan saya! Pertemuan kami di sebuah masjid(terharu betul.cinta yang datang dari Allah yang membaluti ukhwah antara kami telah membawa kami berjumpa untuk pertama kalinya di sebuah masjid) Masa tu hujan punya la lebat kami redah jugak la. Sebab dah plan nak beli makanan untuk buka puasa nanti. Redah... Redah... dan Redah sambil potpet. hehe.So dah beli makanan, apa lagi nak balik la. Lagipun kesian kak nad. Dah la bawak moto. Kebasahan. Sebelum balik, kak nad ada bagi hadiah.(hati punya seronok tak terkata masa tu sebab dapat hadiah hehe). Sampai-sampai rumah terus buka! waaah! Dapat buku hilal asyraf lagi! (hati pun berkata-kata,terima kasih kak nad sebab bagi sinergi.memang teringin nak ada buku tu.tengok-tengok kak nad dah hadiahkan ^_^) . So ini bukunya...
![]() |
| jangan lupa dapatkan buku ini jugak! sangat best! |
![]() |
| baju untuk laki pun ada! |
Tuesday, 10 January 2012
Hari-hari Seakan...
Ada waktu, kita akan merasa bahawa diri kita sangat tersepit. Susah teramat sangat. Seakan hilang segala harapan. Seakan lenyap segala ruang penyelesaian.
Jauh di dalam lubuk hati kita, kita akan rasa kecewa teramat sangat. Rasa ditinggalkan. Rasa diasingkan. Keseorangan dalam masalah yang menimpa tanpa ada sesiapa yang mampu menghulurkan bantuan. Kadangkala, ia adalah masalah peribadi yang kita malu untuk kongsikan.
Akhirnya mula timbul dalam jiwa kita satu perkataan:
PUTUS ASA. Kita rasa segalanya sudah tidak berguna. Segala usaha sudah tidak bermakna. Maka kita pun bergerak mengikut arus kerosakan untuk ‘self destruct’. Jadilah apa hendak jadi. Kita sudah tidak peduli. Kerana tiada siapa yang hiraukan kita.
Tetapi kita silap.
Allah SWT itu tidak pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya.
Allah SWT hiraukan kita.
Hingga sampai ke benteng kesabaran
Tujuan ujian adalah untuk menguji. Sebab itu namanya adalah ujian. Jika ujian itu datang dalam keadaan mudah dilangkau, tidak dinamakan ianya ujian. Ujian semestinya menggegarkan, menggoyahkan, meragut ketenteraman dan menghilangkan kesenangan.
Dalam keadaan ini Allah ingin melihat sejauh manakah keyakinan kita kepada-Nya.
Yang Allah mahu daripada ujian adalah pembuktian kita terhadap keimanan kita.
Saya sering mengulang ayat 2 dari Surah Al-Ankabut:
“Apakah manusia itu mengira, bahawa mereka akan dibiarkan berkata: Kami telah beriman, sedangkan mereka itu belum diuji?”
Sebab itu, adakah kita mengira, kita akan masuk syurga Allah dengan lenggang kangkung tanpa diuji dengan ujian yang hebat? Kadangkala seakan kita tertolak ke pinggir gaung. Hanya menunggu masa sahaja untuk jatuh walaupun telah berusaha bertahan.
Kita bertanya-tanya, kenapa kita diuji sedemikian rupa?
Ketahuilah, itu hakikatnya adalah tapisan kita ke syurga Allah SWT.
“Apakah kamu mengira, kamu akan dimasukkan ke dalam syurga, selagi belum tiba kepada kamu ujian yang telah didatangkan kepada orang-orang sebelum kamu? Mereka diuji dengan kepapaan dan serangan penyakit serta digoncangkan. Sehingga berkatalah rasul dan orang yang beriman dengannya: Bilakah pertolongan Allah(hendak sampai)?...” Surah Al-Baqarah ayat 214.
Iya. Diuji sehingga ke pinggiran gaung. Sehingga tergoncang keimanan mereka. Allah nak bantu atau tidak ini? Tetapi mereka itu memilih untuk terus percaya. Apakah jawapan Allah pada akhir ayat itu?
“...(ketahuilah) sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” Surah Al-Baqarah ayat 214.
Kenapa kamu tidak memandang kepada Musa?
Nabi Musa AS menunjukkan kepada kita contoh tertinggi dalam pergantungan kepada Allah SWT. Dia yang diarahkan oleh Allah SWT untuk membawa seluruh Bani Israel melarikan diri dari Firaun di tengah malam, telah dihalakan oleh Allah SWT ke lautan.
Pada waktu Subuh, mereka tersedar bahawa mereka telah tersesat bila berada di hadapan laut. Di belakang mereka ketika itu Firaun dan bala tenteranya. Mereka tersepit. Melihat keadaan ini, Bani Israel hilang kepercayaan kepada Allah dan Nabi Musa. Kalangan mereka ada yang hendak menyerah diri, ada yang memaki Musa.
“Setelah kedua-dua kumpulan itu melihat sesama mereka, berkatalah orang-orang Musa: Sesungguhnya kita akan ditawan!” Surah Asy-Syu’araa’ ayat 61.
Ya. Berada di hadapan laut tanpa boleh merentasinya. Di belakang pula Firaun yang siap untuk menebas kepala mereka.
Tetapi apakah reaksi Musa ketika situasi ini berlaku?
“Sesekali tidak, sesungguhnya aku bersama Rabbku yang memberikan petunjuk” Surah Asy-Syu’araa’ ayat 62.
Sesekali tidak! Sesungguhnya aku bersama Rabbku yang memberikan petunjuk!
Inilah dia Musa AS. Telah tersepit di antara lautan dan Firaun yang mengganas. Tidak pula dia berkata: “Ya Allah, kenapalah Kau buat aku macam ini? Kau suruh aku bawa kaum aku keluar, tapi Kau halakan aku ke laut. Kenapa?”
Tidak. Dia tidak berkata begitu. Dia memilih untuk terus meyakini. Apakah balasan kepercayaannya terhadap Allah itu?
“Lalu Kami(Allah) wahyukan kepada Musa: Pukullah tongkatmu itu. Setelah dipukul, maka terbelahlah laut...” Surah Asy-Syu’araa’ ayat 63.
Lihat. Lihat. Lihat wahai orang-orang yang hendak berputus asa.
Apakah di hadapanmu laut dan di belakangmu Firaun yang ingin membunuh kita?
Sentiasa masih ada harapan. Allah bersama-sama kita memberikan petunjuk. Tinggal kita sahaja tidak meyakini-Nya.
Penutup: Bergantung dengan-Nya tiada kecewa.
Ujian adalah lumrah. Baik diuji dengan bencana, atau diuji dengan dosa yang tidak mampu ditinggalkan. Atau sekalipun diuji dengan kesenangan yang melemaskan.
Jangan berputus asa. Jangan berputus asa untuk melakukan perubahan. Jangan putus asa untuk terus melakukan kebaikan. Jangan putus asa untuk menjadi manusia yang baik. Jangan berputus asa untuk meninggalkan keburukan. Usaha dan usaha lagi.
Yakin kepada Allah SWT. Berputus asa samalah dengan kita tidak lagi meyakini-Nya. Sebab itu, Allah amat membenci mereka yang berputus asa. Rahmat Allah sudah sangat luas. Justeru di manakah ruang kita hendak berputus asa kepada-Nya?
Kita langsung tiada alasan untuk berputus asa hakikatnya.
Walau terdorong ke pinggir gaung, kita tetap terus yakin kepada-Nya.
Yang terdorong hingga ke pinggir gaung itu sendiri adalah satu ujian.
Maka percayalah.
“Sesekali tidak, sesungguhnya aku bersama Rabbku yang memberikan petunjuk” Surah Asy-Syu’araa’ ayat 62.
Monday, 9 January 2012
JAKET CINTA
Tadi petang bukak fb ( macam biasala kan). Lepas tu baru check email. 1 new mail! Tengok-tengok kak nad send email. Tajuk JAKET CINTA! menarik bukan. dan-dan kalut nak pi baca (teruja weh) Nak tau apa yang kak nad send... sila baca ...
(Kak Nad...thanks untuk email ni. ^_^ )
“Nah, ambillah. Ni hadiah untuk nta (kamu).”
“Untuk ana (saya). Betul ke ni? Macam tak percaya je? Betul ke nta bagi ana ni?”
Macam tak percaya pula saya. Kami baru pulang dari beli-belah hari itu. Seorang sahabat saya yang baru sahaja membeli sebuah jaket dengan harga yang mahal ketika membeli-belah bersama sebelum ini, tiba-tiba menghadiahkan jaket itu kepada saya.
Memang ketika itu, saya sedang mencari satu jaket yang sesuai untuk saya. Tak sangka pula dengan begitu mudah dia menghadiahkan saya jaket mahal itu.
Saya jadi terharu. Menyesal pula saya bila terfikir yang saya pernah mengungkit-ngungkit dalam nada melawak dengan apa yang pernah saya berikan pada dia suatu ketika dahulu.
Tetapi, hari itu saya jadi terharu. Dia hadiahkan jaket itu tanpa berkata atau mengungkit apa-apa.
HADIAH YANG MAHAL DALAM PERSAHABATAN
Bukanlah jaket itu hadiah termahal walaupun harganya memang mahal pun. Tetapi harga termahal dalam persahabatan ketika berukhuwah di jalan Allah adalah ketika kita memberi apa yang paling sayangi kepada sahabat kita.
Memang benar. Walaupun kadang, hadiah itu tidak mahal, tetapi apabila kita beri hadiah itu dengan kasih kepada sahabat kita kerana Allah, menyebabkan pemberian itu memberi kesan kepada sahabat kita.
Saya masih ingat, ketika di sekolah dulu, saya pernah menerima makalah-makalah kecil, surat-surat dan kad-kad nasihat daripada senior saya terutamanya Brohamzah @ ‘Ali Irfan Jamaluddin dan Hilal Asyraf.
Walaupun yang saya terima itu kadang-kadangnya cuma nasihat dan kata semangat dalam kertas warna biasa yang dipotong kecil, tetapi saya cukup menghargai pemberian itu. Sebab itu, saya suka simpan pemberian orang walaupun sekecil kertas-kertas nasihat dan kata semangat itu.
Kenapa?
Kerana pemberian itu bukan semata-mata pemberian biasa. Tetapi pemberian itu datang bersama dengan cinta kerana Allah.
“Saling memberilah hadiah di kalangan kamu, nescaya kamu akan saling mencintai.”
[HR Thabrani]
Kalau ada bukti yang tidak hancur ketika di dunia ini, nanti di akhirat, saya mahu jadikan semua ini sebagai bukti kasih sayang kami di jalan-Nya. Kurang-kurang, kalau tidak ada amal-amal lain yang dapat menyelamatkan saya, masih ada bukti kasih sayang kami di jalan Dia yang mampu menyelamatkan saya di depan-Nya.
TIDAK CUKUP SEKADAR MENERIMA, MEMBERI UNTUK MERASAI
Dalam persahabatan, tidak cukup hanya sekadar melafaz kata manis semata-mata. Juga tidak cukup dengan hanya hidup bersama, makan bersama, tidur bersama dan bermusafir bersama. Tidak cukup dengan hanya sekadar itu.
Ukhuwah fillah ini nilainya pada kesanggupan kita untuk memberi dahulu kepada saudara kita yang kita cintai. Bukan hanya tunggu sekadar menerima, tetapi belajar untuk memberi dan menghargai.
Ingatkah lagi satu peristiwa yang cukup masyhur ketika peristiwa hijrah?
Ketika mana golongan Ansar berebut-rebut untuk mengambil golongan Muhajirin sebagai saudara mereka.
Contoh yang paling masyhur iaitu Abdul Rahman bin Auf dan Saad ibn Rabi’.
Apa yang mendorong Saad untuk sanggup mengorbankan segala apa yang ada pada dirinya untuk Abd Rahman yang tidak pernah dia jumpa dan kenal pun sebelum itu? Sehinggakan salah satu isterinya pun ditawarkan kepada Abd Rahman bin Auf, bahkan bukan beliau yang memilih, tetapi beliau minta Abd Rahman sendiri yang memilih.
Mereka, generasi awal Islam telah merealisasikan sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud :
“Tidak beriman seseorang itu sebelum dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai saudaranya sendiri.”
[HR Bukhari]
Hebatnya kasih sayang di atas iman.
Satu lagi peristiwa adalah ketika seorang sahabat Nabi menerima seorang tetamu. Beliau dan keluarganya tidak mempunyai bekalan makanan yang cukup. Kalau ada pun, hanya cukup untuk seorang sahaja. Kebetulannya kedatangan tetamu itu, makanan yang ada cuma itu.
Apa yang dilakukan oleh sahabat itu dan isterinya?
Ditidurkan anak-anak mereka, digelapkan rumah seolah-olah rumah mereka telah kehabisan minyak pelita. Hidangan disediakan seperti biasa. Di dalam pinggan tetamu itu diletakkan makanan yang mereka ada itu, sedangkan di atas pinggan sahabat Nabi itu sebenarnya tidak ada apa-apa. Untuk meraikan tetamunya, beliau duduk dan berpura-pura makan bersama.
CINTA DI JALAN PERJUANGAN ADALAH BAYANGAN-BAYANGAN KEINDAHAN
“Nak tahu apa yang paling indah ketika berjalan menuju Allah ini?”
“Apa? ”
“Cinta di jalan ini.”
Kita semua sedang berjalan menuju Allah. Dalam perjalanan ini, pastinya kita akan berdepan dengan pelbagai dugaan dan cabaran. Kadang, dugaan menghentikan kita untuk sementara. Kadang ujian membuatkan kita menitikkan air-air mata keperitan.
Tetapi, di tengah kesusahan dan kesukaran yang begitu, selain Allah yang bersama kita, maka sahabat adalah pengisi ruang-ruang kosong yang ada di dalam jiwa kita.
Di tengah keperitan hidup, masih ada sahabat ingin yang menjadi teman meskipun dari kejauhan.
Di tengah kedukacitaan yang tiada taranya, masih ada yang sanggup meminjamkan telinganya untuk mendengar segala kesedihan kita.
Di tengah kedukacitaan yang tiada taranya, masih ada yang sanggup meminjamkan telinganya untuk mendengar segala kesedihan kita.
Memang Allah itu sentiasa ada untuk kita mengadu. Tetapi, fitrah manusia diciptakan perlunya teman untuk berjalan dengan kekuatan.
Maka, sahabat yang soleh adalah antara sumber-sumber kekuatan.
Sahabat yang ada bukan sekadar untuk membuat kita rasa senang, tetapi yang ada untuk membetulkan kita juga sekiranya kita tergelincir dan terjatuh di perjalanan ini.
PENUTUP : DENGAN RASA SAYANG, LAFAZKANLAH KECINTAAN !
Saya sayangkan semua sahabat-sahabat yang bersama saya sekarang ini. Saya pasti bukan saya sahaja yang begitu, tetapi anda juga lebih hebat rasa cinta anda terhadap sahabat anda bukan?
Maka, dengan penuh rasa sayang untuk membawa sahabat kita ke syurga, marilah sama-sama kita realisasikan rasa cinta itu.
Memang sahabat itu bukanlah orang yang bersama kita sepanjang masa. Tetapi, sahabat di jalan Allah itu bila kita pandangnya, kita terasa mendapat kekuatan. Bila kita mendengar dia berbicara, membuatkan semangat yang kendur bangkit semula.
Jangan biarkan diri anda. Jangan biarkan juga sahabat-sahabat anda. Hargailah mereka yang bersama kita.
Seandainya sahabat masih ada di tepi anda hari ini, sempatkanlah diri anda untuk mengucapkan padanya:
“Aku cinta kamu kerana Allah.”
Kerana dia adalah nikmat yang tiada harganya, hadiah dari Allah untuk kita.
Salah satu golongan yang dijanjikan naungan Allah di akhirat kelak adalah mereka yang bertemu, berpisah dan berkasih sayang kerana Allah.
Inilah jalan cintaku,
Jua jalan cintamu,
Yang dengannya aku ingin bersamamu ke syurgawi,
Yang dengannya aku ingin membawa mu terbang tinggi,
Membawa perkhabaran syurga harapan,
Cinta di atas jalan perjuangan.
Jua jalan cintamu,
Yang dengannya aku ingin bersamamu ke syurgawi,
Yang dengannya aku ingin membawa mu terbang tinggi,
Membawa perkhabaran syurga harapan,
Cinta di atas jalan perjuangan.
Subscribe to:
Comments (Atom)





